Jumat, 16 Juni 2017

Fayakhun Andriadi : Arab Spring Harus Diantisipasi!



Fenomena “arab spring” yang menjalar di negara-negara Arab menjadi fenomena yang menggegerkan dunia. Situasi ini tidak hanya berdampak pada perpolitikan dalam negri di negara-negara Arab sendiri, tetapi juga perpolitikan di tingkat global. Gelombang arab spring benar-benar menjadi momok tersendiri bagi iklim pemerintahan suatu negara.
Jika melihat catatan sejarah, rangkaian arab spring ini berawal dari protes pertama yang terjadi di Tunisia tanggal 18 Desember 2010 setelah pembakaran diri Mohamed Bouazizi dalam protes atas korupsi polisi dan perawatan kesehatan. Dengan kesuksesan protes di Tunisia, gelombang kerusuhan menjalar ke AljazairYordaniaMesir, dan Yaman, kemudian ke negara-negara lain.
Hingga Juli 2011, unjuk rasa ini telah mengakibatkan penggulingan dua kepala negara, yaitu Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang kabur ke Arab Saudi tanggal 14 Januari setelah protes revolusi Tunisia, dan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri pada 11 Februari 2011, setelah 18 hari protes massal dan mengakhiri masa kepemimpinannya selama 30 tahun. Selama periode kerusuhan regional ini, beberapa pemimpin negara mengumumkan keinginannya untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah masa jabatannya berakhir.
Untuk mengantisipasi gelombang arab spring agar tidak masuk ke Indonesia, jauh-jauh hari FayakhunAndriadi, Ketua DPD Golkar DKI Jakarta sudah menyiapkan langkah. Salah satunya adalah mengadakan kunjungan ke Maroko bersama anggota Komisi I DPR RI pada tahun 2011 dalam rangka menjalin berbagai kerjsama. 
Fayakhun Andriadi saat itu menyatakan puas dengan hasil pertemuan pihaknya bersama 17 Perwakilan RI di negara-negara Islam untuk mengantisipasi dinamika perubahan global, termasuk “Arab Spring”. “Pertemuannya benar-benar sangat positif, dihadiri 17 Perwakilan Resmi Republik Indonesia (termasuk delapan Duta Besar) di negara-negara Islam Afrika maupun Timur Tengah,” ungkapnya.
Dialog langsung selama tiga hari di Maroko yang digelar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) itu, menurut dia, menghasilkan banyak hal bagi kepentingan politik global RI di kawasan Afika serta Timur Tengah. “Tukar pikiran dan antisipasi perubahan politik dunia termasuk `Arab Spring`, soal tenaga kerja Indonesia (TKI) dan peningkatan volume serta nilai perdagangan, menjadi materi sangat menarik, menuju adanya tindak lanjut yang efektif,” kata Fayakhun Andriadi.
Bagi Fayakhun, penjelasan tentang pertemuan ini juga menepis anggapan berbagai pihak, seolah kunjungan beberapa anggota Komisi I DPR RI ke Maroko pekan lalu hanya berleha-leha dan tidak ada tujuan. “Untuk hasil kunjungan ke Marokko, perlu dicatat, bahwa itu terobosan yang pertama kali dilakukan oleh Komisi I,” kata anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar itu.
Apalagi selama ini para Duta Besar (Dubes) datang ke Komisi I, lalu melaporkan (berbagai hal), yang terlihat semua baik-baik saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar