Dimensi
lain dari kemandirian ekonomi kita yang sangat penting bagi Fayakhun Andriadi adalah energi. Kekayaan energi kita melimpah tak
terkira: minyak bumi, gas, emas, batu bara, nikel. Sumber daya alam ini, jika
optimal pemanfaatan, pengelolaan dan pengolahannya, dapat menjadi instrumen
vital kemandirian ekonomi kita.
Indonesia
seharusnya menurut Fayakhun Andriadi
bisa memaksimalkan potensi energi yang dimiliki. Tidak hanya yang tak
terbarukan, tapi juga energi terbarukan dan alternatif, seperti gas dan nuklir.
Dulu Indonesia menjadi negara OPEC (negara pengekspor minyak). Tapi sekarang Indonesia
menjadi negara importir minyak.
Kemandirian
energi bisa tidak hanya bisa menjadi kunci kemandirian ekonomi, tapi juga
kemandirian politik. Karena sekali lagi, di masa depan, dunia dihadapkan pada
krisis energi. Negara yang berdaulat secara energi menurut Fayakhun Andriadi akan berdaulat secara politik. Sebaliknya: negara
yang pasokan energinya tergantung pada kuota negara lain, otomatis akan
dependen juga secara politik.
Inovasi dan Kreatifitas
SDM
Tapi
kita harus menyadari bahwa masa depan global akan mengalami transformasi.
Sumber daya alam tidak akan lagi menjadi andalan utama. Di masa mendatang
menurut Fayakhun Andriadi, kunci
kemandirian bangsa-negara akan bergeser dari sumber daya alam ke sumber daya
manusia. “Energi” utama sebuah negara-bangsa adalah sumber daya manusianya.
Kualitas manusia Indonesia akan menentukan daya tahan negara kita. Ujungnya:
menentukan kemandirian bangsa-negara ini.
Di
era dimana kualitas manusia Indonesia menjadi penentu, inovasi dan kreatifitas
adalah prasyarat. Kompetisi global akan semakin ketat. Daya saing Indonesia menurut
Fayakhun Andriadi tidak ditentukan
oleh seberapa banyak sumber daya alam yang dimiliki dan bisa diolah. Tapi
sejauh mana manusia Indonesia bisa menciptakan kreasi dan inovasi yang membuat
Indonesia terdepan dalam berbagai aspek. Sumber daya alama “hanyalah” penunjang
dari kapasitas kreasi dan kapabilitas inovasi manusia Indonesia. Karena di masa
mendatang, dunia akan semakin tidak menggantungkan diri pada sumber daya
nonkreasi dan noninovasi.
Karena
kualitas manusia Indonesia semakin vital, maka pembangunan manusia harus
menjadi prioritas. Dalam hal kuantitas bagi Fayakhun Andriadi, kita sudah menang satu langkah. Populasi yang
sangat besar bisa menjadi andalan serius. Dalam hal potensi populasi, kita bisa
setara dengan negara-negara besar di dunia: Cina, India, Amerika Serikat. Tapi
resikonya: jika tak berkualitas, populasi yang banyak justru jadi kendala dan
beban berat bagi kemajuan bangsa-negara kita ini. Negara kita bisa ditarik
mundur oleh beban populasi. Jadi, hanya ada satu jalan: menciptakan manusia
yang berkualitas.