Fayakhun Andriadi, lahir di Semarang pada tanggal 24 Agustus 1972. Pria yang sekarang menjadi ketua DPD Partai Gokar DKI Jakarta ini merupakan salah satu politisi muda yang karirnya cukup bersinar. Selain mahir di bidang organisasi, Kun –begitu Fayakhun Andriadi biasa dipanggil- juga memiliki kapasitas keilmuan mumpuni. Di usia 23 tahun, ia pernah mengabdikan diri sebagai dosen Jurusan Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Semarang. Saat ini, Fayakhun Andriadi sudah menyelesaikan studi doktoralnya di Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Meskipun saat ini telah disibukkan dengan beragam
kegiatannya sebagai politisi, Fayakhun Andriadi tetap menyempatkan diri berbagi
pengetahuan dengan masyarakat. Salah satu wujudnya adalah dalam bentuk tulisan.
Beberapa buku telah rampung dia tulis, salah satunya adalah buku Demokrasi
di Tangan Netizen yang terbit pada tahun 2016 lalu. Salah satu sub bab
dalam buku tersebut membahas mengenai bagaimana partisipasi politik dijalankan.
Dalam sub bab yang sudah disebut dalam paragraf sebelumnya,
Fayakhun Andriadi juga menyebutkan bahwa partisipasi politik ternyata juga
memiliki ukurannya sendiri. Sebuah negara akan dikatergorikan tinggi tingkat
partisipasi politiknya jika memenuhi ukuran-ukuran ini. Menurut Verba,
Scholzman, dan Brady (dalam Saiful
Mujani, Liddle, dan Kuskridho: 2012) ukuran minimal dari partisipasi politik
ada tiga: Pertama, ikut serta dalam pemilihan umum. Kedua,
partisipasi dalam kampanye. Ketiga, mengontak pejabat publik.
Selain tiga ukuran tersebut di atas, Verba, Scholzman, dan
Brady (dalam Saiful Mujani, Liddle, dan
Kuskridho: 2012) juga menambahkan dua unsur lagi sebagai ukuran partisipasi.
Dua unsur yang dimaksud adalah:
Pertama, memberi sumbangan dalam kampanye. Keputusan
dan kemauan seorang warga negara untuk berkontribusi dalam pendanaan kampanye
merupakan indikator tindakan partisipasi politiknya. Hal ini merupakan
ukuran-ukuran yang lebih luas terhadap bentuk-bentuk partisipasi politik.
Dalam perpolitikan Indonesia, meskipun sudah dimulai,
pengaruh besar dari budaya ini mungkin belum terlalu terlihat. Berbeda dengan
di Amerika Serikat, besarnya dana kampanye yang disumbang oleh masyarakat
menjadi salah satu indikator penting potensi kekuatan dari seorang kandidat.
Kedua, turut serta dalam aksi protes. Aksi protes
tidak sepenuhnya melibatkan warga negara. Untuk sampai pada keputusan ikut
serta dalam aksi protes, dibutuhkan kemauan partisipasi politik yang kuat.
Karenanya, tindakan ikut serta dalam aksi protes ini secara tidak langsung
mengindikasikan partisipasi politik seorang warga negara.